Namasulaenah, dipanggil ibu sulamUsia mencapai 100 tahun lebihTinggal di nagan raya acehKondisi mulai pikun ReadKencana Muning X Dirga Wangsa 2 from the story 1000 Hari Bersama Raden Kian Santang by PennyNoorlianti (Penne Lianti( Penny Norlianti )) with 149 reads. r Menurutbabad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede. Hal yang sama terjadi pula pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang. cash. Raden Kiansantang lahir tahun 1315 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau jawa. Nama kecil Raden Kian Santang sesudah menuntut ilmu di Mekkah berubah nama menjadi Galantrang, penamaan itu ia dapat, ketika ia mencari seseorang yang dapat mengalahkan kekuatanya. Raden Kiansantang atau biasa disebut Raden Sangara atau Syekh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja yang tak lain adalah Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang Larang. Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh gurunya Nyi Subang Larang yaitu bernama Syek Quro Karawang. Dalam pernikahan ini ia dikaruniai 1 orang putri dan 2 orang putra. Yaitu Walangsungsang Pangeran Cakrabuana, Rara Santang, dan dan Prabu Kiansantang. Pada usia 22 tahun, Prabu Kiansantang diangkat menjadi Dalem Bogor ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan prabu Munding Kawati, Putra Sulung Prabu Susuk tunggal, menjadi panglima besar Pajajaran. Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut. Yang kelak di tulis dalam prasasti Batu tulis Bogor. Menurut legenda, Raden Kiansantang merupakan sinatria yang terkenal, gagah dan perkasa. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatanya hingga 33 tahun lamanya ia terus mencari di pulau Jawa, siapa yang dapat menandinginya. Hingga akhirnya kesombongan itu menjadi kekhawatiran yang meresahkan hatinya. Prabu Kiansantang memberanikan dirinya memohon kepada ayahnya agar mencarikan siapa yang dapat menandinginya, sang ayah pun memanggil para ahli nujum untuk menunjukan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kegagahan anaknya. Namun tak seorangpun yang mampu menunjukanya. Namun, suatu hari Prabu Kiansantang didatangi oleh seorang yang sudah renta. Dibalik kedatanganya, ia diberitahu bahwa ada orang dapat menandingi kekuatanya. Sang kakek pun memberitahu namanya yaitu Sayyidina Ali yang tinggal jauh di tanah Mekah. Jika dilihat dari tahunya. Ketidakwajaran pertemuan itu berlangsung karena tahun wafat dan bergurunya Prabu Kiansantang berbeda kian jauh. Tetapi kejadian ini dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah yang maha kuasa. Namun dibalik pemberitahuanya itu terdapat dua syarat yang harus dilaksanakan sebelum bertemu Sayyidina Ali. Pertama, Prabu Kiansantang harus mujasmedi di ujung kulon, kedua, nama harus diganti menjadi Galantrang Setra Galantrang-berani,Setra-bersih-suci setelah melaksanakan ia pun bergegas menuju ke tanah suci Mekah. Setiba di tanah Mekkah, ia bertemu seseorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, namun ia tak tahu bila laki-laki tersebut Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang langsung menanyakan, kenalkan dengan orang yang bernama Sayyidina Ali? Laki-laki itu pun menjawab bahwa ia kenal. Malah dia mengantarkan ke tempat Sayyidina Ali. Sebelum mengantarkan Prabu Kiansatang. Sayyidina Ali menancapkan tongkat kedalam tanah. Setelah berjalan berpuluh-puluh meter . laki laki itu pun berkata “wahai Gelentrang, tongkat ku ketinggalan, tolong ambilkan” awalnya Gelentrang menolak tapi demi diantarkanya ia pun menerima. Sesampainya tempat awal ia bertemu laki-laki tersebut untuk mengambil tongkatnya yang ketinggalan. Setiba ditempat tongkatnya sudah keadaan tertancap dan iapun berusaha mencabutnya. Beberapa kali ia berusaha tetapi tetap saja tongkat itu tidak bisa dicabut. Tetapi bukanya kecabut malah amblasnya kaki Gelantrang Setra dan mengeluarkan darah dari seluruh tubuhnya. Keadaan Galantrang Setra diketaui oleh Sayyidina Ali. Ia pun kembali dan mencabut tongkat sambil menyebut bismilah dan duakalimat sahadat, pada saat dicabut seketika darahnya hilang. Raden Kiansantang pun keherenan dan ia berniat meminta bacaan tersebut akan tetapi laki-laki itu menolak dengan alasan bahwa dirinya belum masuk islam. Namun saat melanjutkan perjalanan dengan laki-laki tersebut. Ada yang memanggilnya dengan ucapan “kenapa anda Ali pulang terlambat?” seketika Gelantrang Setra pun kaget ternyata yang bersama dirinya itu Ali. Pada tahun 1348 M Prabu Kiansantang masuk Islam. Ia menetap selama 20 hari sambil mempelajari agama islam. Kemudian ia pulang ke tanah Pajajaran untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan berniat mengajak ayahnya untuk masuk Islam. Pada tahun 1355 M ia kembali lagi ke Mekkah untuk belajar agama Islam dengan khusu. Dan kembali lagi ke Pajajaran pada tahun 1362 M. dan ia berniat menyebarkan agama islam di tanah jawa, dalam fitroh-nya membawa keselamatan dunia dan akhirat. Penulis Anisa Anggraeni Saldin Editor Sejarah Cirebon Raden Kian Santang Raden Sangara sering di kenal juga dengan nama Syeh Sunan Rohmat Suci. Raden Kian Santang adalah putra dari seorang ibu yang bernama Nyi Subang Larang dengan seorang ayah yang bernama Prabu itu juga Raden Kian Santang mempunyai saudara yang bernama Walangsungsang Pangeran Cakrabuana dan Rara Santang yang merupakan ibu Sunan Gunung Jati.Prabu Kiansantang menjadi dalem BogorRaden Kian Santang Prabu Kiansantang di angkay menjadi Dalam Bogor ke-2 pada usia yang mencapai 22 saat terjadinya sebuah peristiwa upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan. Dan juga bersamaan penobataan Prabu Munding mengabadikan dan mengenang kejadian hal yang sangat sakral pada saat penobatan dan juga penyerahan tongkat pusaka Pajajaran itu maka hal itu di tulis di sebuah batu yang bahkan batu itu masih terkenal hingga sekarang yang di kenal dengan Batu Tulis Bogor yang di tulis oleh Prabu Susuk Tunggal. Raden Kian Santang adalah seorang sinatria yang gagah dan juga perkasa, bahkan hal tidak ada satu orangpun yang dapat mengalahkan kegagahanya. Tidak hanya itu bahkan Raden Kian Santang juga sejak kecil hingga usia yang mencapai 33 tahun beliau belum tahu akan darahnya sendiri, dalam hal ini di artikan bahwa kesaktianya dan kegagahanya di seluruh pulau hanya itu kemudian Raden Kian Santang meminta kepada ayahnya untuk mencarikan seorang tandinaga yang dapat mengalahkanya. Kemudian sang ayahpun memangil orang yang ahli mujum untuk dapat menunjukan siapa yang dan dapat menandingi Raden Kian Santang. Namun hal tidak ada seorang pun yang mampiu menunjukan Kiansantang dan Sayyidina Ali kemudian setelah itu ada seorang kakek yang yang memberi tau bahwa ada seorang yang dapat mendandingi Raden Kian Santang orang itu yaitu yang bernama Sayyidina Ali, yang tinggal di Tanah Suci hanya itu kakek tersebut juga mengatakan bahwa ” Untuk dapat bertemu dengannya Sayyidina Ali, maka Raden Kian Santang harus melaksanakan dua syarat yang pertama yaitu harus menjadi Mujasmedi terlebih dahulu di ujung kulon. Dan syarat yang kedua yaitu harus mengubah namanya menjadi Galantrang Setra Galantrang yang artinya Berani, dan juga Setra yang artinya Bersih, suci.Kemudian ketika Raden Kian Santang telah melaksanakan syrat tersebut maka beliau berangkat ke tanah suci mekah. Kemudian ketika sampai di sana Raden Kian Santang bertemu dengan seorang laki-laki yang di sebut Sayyidina Ali, namun Raden Kian Santang tidak mengetahui bahwa beliau orang yang di Raden Kian Santang yang telah berubah nama menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki-laki itu ” Apakah kau mengenak orang yang bernama Sayyidina Ali?” Galantrang Setra kepada laki-laki itu.” iya saya kenal, bahkan tidak hanya itu saya dapat mengantarkanmu ke tempat Sayyidina Ali” jawab laki-laki itu. Kemudian setelah itu mereka melakukan perjalanan namun tanpa di sadari bahwa laki-laki itu telah meninggalkan tongkat yang kemudian di tancapkan tanpa di ketahui oleh Galantrang Setra. Kemudian setelah berpuluh puluh meter menyuruh Galantrang Setra untuk dapat mengambilkan tongkat Galantrang Setra tidak mau akan tetapi laki-laki itu tetap menyuruh, ketika Galantrang Setra tidak mau mengambilnya maka tidak akan melanjutkan perjalan mereka. Karena hal itu akhirnya Galantrang Setra melakukan dan mengambil kembali tongkat ketika sampai di sana Galantrang Setra mencabutnya dengan sebelah tangan akan tetapi tongkat tersebut tidak terlepas. Kemudian mencoba untuk mencabutnya kembali namun tidak lepas, bahkan posisi tongkat tersebut tidak berubah sama hanya itu bahkan telah mencoba dengan sekuat tenaga bahkan menggunakan tenaga batin juga. Akan tetapi hal itu tidak dapat memberikan hasil tongkatnya tetap saja tak dapat mengetahui bahwa laki-laki yang di temuinya adalah Sayyidina Ali. Kemudiaan Galantrang Setra kembali pulang ke Tanah Jawa dan meninggalkan Mekkah dan di sana beliau bingung dan tak tau arah. Karena hal itu kemudian Galantrang Setra kembali lagi ke Mekah untuk mencari Sayyidina Ali dan dengan niatan untuk belajar agama islam. Kemudian selama 20 hari beliau mempelajari agama kemudian kembali pulang ke tanah Sunda dan ke rumah ayahnya yaitu Prabu Siliwangi yang kemudian menceritanakan pengalamanya dan apa yang telah terjadi. Dan tidak hanya itu saja Galantrang Setra meberitahukan ayahnya bahwa dia telah masuk islam dan ingin mengajak ayahnya untuk masuk islam kisah pertemuan dengan Sayyidina Ali ini merupakah kisah yang perlu pehaman lebih lanjut, baik secara ilmu maupun secara Seperitual maupun ilmu logika, Penkajian Ulang Tentang Kisah ini pun harus di lakukan dengan dasar perbedaan Zaman yang ada. Masa Sayyidina Ali dan Raden Kian santang ini Mempunyai Rentang waktu Cukup Jauh. Tetapi Jika Allah berkehendak Bukan Hal Yang musatahil Bahwa Hal ini bisa Saja Terjadi. wallahu a’lam bishawab

raden surya kencana keturunan kian santang